Friday, 16 February 2018

Kebahagiaan Hakiki

Kebahagiaan Hakiki

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ عَلَى غَيْرِ مَا حَدَّثَنَاهُ الزُّهْرِيُّ قَالَ سَمِعْتُ قَيْسَ بْنَ أَبِي حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Abu Khalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata; aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal (ghibtoh) ; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". HR Bukhari,71.

Manusia sering menyangka bahawa kebahagiaan hanya terletak pada harta, jawatan dan benda-benda duniawi sahaja. Mereka menjadi iri hati apabila melihat jiran mereka mengenderai kereta mewah. Mereka menjadi iri hati jika kenalan mereka baru sahaja membeli sebuah rumah yang besar dan begitulah seterusnya.

Padahal kebahagian hakiki terletak di dalam hati seseorang dan damai hatinya bersama Allah. Maka di situlah terletaknya kebahagian hakiki atau sebenarnya. Ia menjadi orang yang paling nikmat hidupnya di dunia dan paling indah hidupnya di akhirat.

Sesiapa yang melihat perkara ini secara hakikat, maka ia tidak akan iri hati apabila melihat kekayaan yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ia hanya berasa iri hati apabila melihat seseorang mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, lalu berusaha untuk menirunya.

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Salim bin Abdullah bahwasanya; Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak diperbolehkan hasad kecuali (ghibtoh) 
pada dua hal, yaitu; Seorang yang diberi karunia Alquran oleh Allah sehingga ia membacanya (shalat dengannya) di pertengahan malam dan siang. Dan seseorang yang diberi karunia harta oleh, sehingga ia menginfakkannya pada malam dan siang hari." HR Bukhari 4637.

Catitan:
"Pengertian Ghibthoh adalah berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti yang ada pada orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang". Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Para ulama membahagi hasad menjadi dua macam, iaitu hasad hakiki dan hasad majazi. Hasad hakiki adalah seseorang berharap agar nikmat orang lain hilang. Hasad seperti ini diharamkan berdasarkan kata sepakat para ulama".

Orang yang paling miskin ialah orang yang hanya memiliki harta benda duniawi, ia tidak memiliki iman dan tidak mempunyai sahabat taulan yang menunjukkinya jalan menuju Allah.

Berkata Abu Darda ra. "Sesiapa yang tidak nengenali nikmat Allah melainkan makanan dan minuman sagaja, maka sungguh aedikit ilmunya dan telah hadir azabnya. Sesiapa yang tidak puas dengan dunia, maka tidak ada dunia baginya.

فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka (orang munafik) menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. At-Taubah:55

Tafsir Jalalayn:
(Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu) ertinya jangan sekali-kali kamu menganggap baik nikmat-nikmat Kami yang telah kami limpahkan kepada mereka, kerana sesungguhnya hal itu adalah istidraj (Sesungguhnya Allah bermaksud menimpakan azab kepada mereka) yakni hendak mengazab mereka (dengan memberi harta benda dan anak-anak itu di dunia) melalui jerih payah yang mereka alami di dalam mengumpulkannya, dan sekaligus di dalamnya terkandung berbagai malapetaka dan musibah (dan kelak akan melayang) yakni dicabut (nyawa mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir) maka Allah akan mengazab mereka di akhirat dengan siksaan yang amat keras.

No comments:

Post a Comment