Hindari kezaliman dan kebakhilan,kerana kedua-duanya penyebab kecelakaan di dunia dan di akhirat.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ يَعْنِي ابْنَ قَيْسٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab; Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais dari 'Ubaidillah bin Miqsam dari Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hindarilah kezaliman, kerana kezaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan." HR Muslim, 4675.
Kezaliman (azh-Zhulm /الظلم )
Kata “azh-Zhulm” (الظلم) berasal dari fi’l (kata kerja) “zhalama – yazhlimu” ( ظَلَمَ - يَظْلِمُ )
yang membawa bererti “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Ianya sepadan dengan kata “al-Jawr” ( الجور ).
Hadith diatas merupakan dalil atas keharaman perbuatan zalim yang mencangkupi semua bentuk kezaliman.
Kezaliman terbagi kepada dua jenis:
Pertama, kezaliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri :
Kezaliman yang paling besar dan yang paling merbahaya dari jenis ini adalah "syirik" , yang mana orang yang berbuat kesyirikan menjadikan makhluk setaraf dengan Khaliq.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Luqman:13
"Ini yang dimaksudkan, dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya".
Kezaliman yang berikutnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat yang berbagai jenis, samada yang besar ataupun yang kecil dan dalam perkara ini juga termasuk dalam hal membunuh diri.
Allah Ta’ala berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” Al Muthoffifin: 14
“Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga boleh membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir)
Kedua, kezaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa atau nyawa, harta atau kehormatan.
Sebagaimana Allah Subhanahuwata'ala mendatangkan hukum Qisas bagi keselamatan nyawa:
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ
Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.al-Baqarah:179]
Dan juga dalam bersoalan harta Allah Subhanahuwata'ala melarang mendapatkan harta dengan cara batil dan juga hukuman didunia bagi mereka yang menzalimi terhadap orang lain dalam persoalan harta:
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. An-Nisa:29.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Maidah:38
Dan juga dalam bersoalan kehormatan atau maruah, Allah Allah Subhanahuwata'ala mendatangkan hukum Qazaf bagi bagi orang yang menuduh orang lain berzina tanpa ada saksi.Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. An-Nur:4.
Perhatian:
Kezaliman terhadap sesama makhluk tidak dapat ditebus dengan taubat. Taubat kepada Khaliq berkaitan dengan hak-hak-Nya, maka Dia akan menerimanya bila melakukan taubat nasuha. Sebagaimana firman Allah Subhanahuwata'ala :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. An-Nuur:31
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.At-Tahriim:8
Tetapi bila sesuatu yang terkait dengan sesama makhluk, maka hal itu terpulang kepada yang bersangkutan dan harus diselesaikan terlebih dahulu dengannya, apakah dia memaafkan dan menghalalkan kezaliman yang terlah terjadi atasnya atau tidak.
Bakhil ( (البخل) atau kikir,
Bakhil dalam bahasa arab juga disebut dengan as syuhha ( الشُّحَّ ). Sedangkan dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ali-Imran:180
Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan umat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup inilah yang menjadikan seseorang itu tidak peka terhadap orang lain. Lingkungan keluarga dan masyarakat kini telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, kecukupan, semua keperluan serba ada, dan tidak perlu memikirkan keperluan saudaranya yang lain.
Kerana itulah munculnya berbagi bentuk kebakhilan pada umat ini. Bakhilnya seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran , bakhilnya seorang pemimpin untuk membela islam dan kebenaran, bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya demi berfikir untuk kemajuan Islam, bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Dan yang lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang kecil atau remeh. Orang yang bakhil tidak mungkin mahu untuk memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwanya dan ruhnya untuk Islam.
Islam sangat membenci sifat bakhil dan ianya merupakan salah satu dari sifat mazmumah yang amat tercela. Kerana sifat bakhil adalah salah satu dari perangai orang munafiq yang tidak mahu berkorban untuk kebaikan. Dan diantara kerosakan yang terhasil dari sifat bakhil adalah sabda Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam :
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan : memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya. HR Abu Daud
No comments:
Post a Comment