Friday, 29 December 2017

Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan bermanis muka

Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan bermanis muka

حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ يَعْنِي الْخَزَّازَ عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Telah menceritakan kepadaku Abu Ghassan Al Misma'i; Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin 'Umar; Telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir yaitu Al Khazzaz dari Abu 'Imran Al Jauni dari 'Abdullah bin Ash Shamit dari Abu Dzar dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu." HR Muslim,4760

Dalil al-Qur'an

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” Al Zalzalah: 7-8

Bermanis muka adalah sesuatu yang teramat mudah untuk dilakukan oleh sesiapa sahaja, perbuatan ini merupakan suatu kebaikan yang apabila dilakukan maka akan mendatangkan banyak kebaikan dan kurniaan dari Allah Subhanahuwata'ala.

Bermanis muka menghasilkan suasana harmonis pada setiap kali pertemuan, walaupun mungkin dalam keadaan suasana hati yang berbeza, namun begitulah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan, agar memberikan keceriaan kepada sesama kita lebih diutamakan dibandingkan dengan kepentingan peribadi.

Keperibadian yang menarik ini akan mendatangkan rasa damai dan bahagia setiap kali bertemu dengannya, bila berjauhan akan menghadirkan kerinduan yang hebat, menyebut-nyebutkan namanya adalah kenikmatan yang tersendiri, begitulah yang dialami oleh para sahabat terhadap Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam
, keelokan wajahnya dan keramahannya membuat para sahabat tidak mampu untuk berjauhan dari sisinya, bahkan tidak sedikit para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang tidak mampu memejamkan mata diwaktu malam kerana selalu terbayangkannya dan ingin selalu mendekatinya. Sebagaimana hadith yang yang diriwayatkan oleh Ali ra tentang diri Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam,

كَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا وَصَفَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمْ يَكُنْ بِالطَّوِيلِ الْمُمَّغِطِ وَلَا بِالْقَصِيرِ الْمُتَرَدِّدِ وَكَانَ رَبْعَةً مِنْ الْقَوْمِ وَلَمْ يَكُنْ بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ وَلَا بِالسَّبِطِ كَانَ جَعْدًا رَجِلًا وَلَمْ يَكُنْ بِالْمُطَهَّمِ وَلَا بِالْمُكَلْثَمِ وَكَانَ فِي الْوَجْهِ تَدْوِيرٌ أَبْيَضُ مُشْرَبٌ أَدْعَجُ الْعَيْنَيْنِ أَهْدَبُ الْأَشْفَارِ جَلِيلُ الْمُشَاشِ وَالْكَتَدِ أَجْرَدُ ذُو مَسْرُبَةٍ شَثْنُ الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ إِذَا مَشَى تَقَلَّعَ كَأَنَّمَا يَمْشِي فِي صَبَبٍ وَإِذَا الْتَفَتَ الْتَفَتَ مَعًا بَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ النُّبُوَّةِ وَهُوَ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ أَجْوَدُ النَّاسِ كَفَّا وَأَشْرَحُهُمْ صَدْرًا وَأَصْدَقُ النَّاسِ لَهْجَةً وَأَلْيَنُهُمْ عَرِيكَةً وَأَكْرَمُهُمْ عِشْرَةً مَنْ رَآهُ بَدِيهَةً هَابَهُ وَمَنْ خَالَطَهُ مَعْرِفَةً أَحَبَّهُ يَقُولُ نَاعِتُهُ لَمْ أَرَ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ مِثْلَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيب

Apabila Ali radliallahu 'anhu menshifati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dia berkata; Beliau adalah sosok orang yang berpawakan tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang berpawakan sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak pula kurus, wajahnya sedikit bulat, kedua biji matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan, telapak kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada stempel kenabian yaitu stempel para Nabi, telapak tangannya bagus, dadanya bidang, yang paling jujur bicaranya, yang lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu menaruh hormat kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya." Dia melanjutkan; "Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau sebelum maupun sesudahnya." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan gharib, 3571

No comments:

Post a Comment