Saturday, 7 October 2017

Kehidupan dunia dalam perspektif Islam

Kehidupan dunia dalam perspektif Islam

Dalil hadith,


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ وَالْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ النَّصْرِيِّ عَنْ نَهْشَلٍ عَنْ الضَّحَّاكِ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ


Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad dan Al Husain bin Abdurrahman keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Mu'awiyah An Nashri dari Nahsyal dari Ad Dlahak dari Al Aswad bin Yazid dia berkata; Abdullah berkata, "Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri Akhirat), niscaya Allah akan mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah tidak akan memperdulikan dimanapun ia binasa." HR Ibnu Majah,4096.Hasan.

Dalil al-Quran,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu bahagiannya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” Asy Syura: 20

Maksudnya:
(Barang siapa yang menghendaki) dengan amalnya (keuntungan akhirat) pahala akhirat (Kami tambahkan keuntungan itu baginya) dilipat gandakan pahalanya iaitu satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan bahkan lebih dari itu (dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia) tanpa dilipatgandakan (dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.). Rujuk: Tafsir Jalalayn

Dalil al-Quran

وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”Al Israa’ :19

Dalil al-Quran,

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. An-Nisa,77

Dalil hadith,

أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah orang yang asing dan seorang pengembara.” Kata ibnu Umar,
"Jika engkau berada di petang hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu petang hari".
HR. Bukhari

Allah swt membahagikan kehidupan menjadi dua bahagian iaitu kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan oleh manusia di dunia akan diukur dan dinilai dalam kehidupan akhirat. Baik atau tidaknya kehidupan seseorang sangat bergantung kepada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia yang beriman dan beramal saleh dalam kehidupan di dunia ini akan mendapat kenikmatan dalam kehidupan di akhirat. Justeru itu, ketika seseorang berorientasi memperolehi kebahagiaan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya sebagaimana ditentukan oleh Allah dan Rasulnya. Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan
berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia, ini kerana segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia. Kerana itu Islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan dunia iini selama ia tidak melanggar batas (hudud) ketentuan Allah swt. apatah lagi sehingga melupakan Allah swt sebagai pencipta dan pengatur dalam kehidupan ini. Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat duniawi dan itu dibolehkan selama ia tidak mengabaikan tempat kembalinya.

No comments:

Post a Comment