Sunday, 17 September 2017

Larangan menghembus nafas dan meniup kedalam bekas air.

Larangan menghembus nafas dan meniup kedalam bekas air.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْجَزَرِيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Abdul Karim Al Jazari dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang untuk bernafas dalam bejana atau meniupnya. Berkata Abu 'Isa; Ini merupakan hadith hasan shahih. HR Tirmizi

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا الثَّقَفِيُّ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ وَأَنْ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَأَنْ يَسْتَطِيبَ بِيَمِينِهِ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami ats-Tsaqafi dari Ayyub dari Yahya bin Abu Katsir dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Abu Qatadah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang bernafas di dalam bejana (saat minum), menyentuh kemaluan dengan tangan kanan, dan beristinja' dengan tangan kanan." HR Muslim

Faktanya adalah petunjuk Nabawi yang mulia ini di dalamnya terdapat adab yang agung, dan perilaku meniup makanan dan minuman telah keluar dari adab-adab umum, dan terdapat di dalamnya unsur pencemaran yang terhasil dari pencampuran kotoran-kotoran dengan makanan dan minuman. Oleh karena itu larangan meniup makanan dan minuman adalah suatu bentuk perlindungan terhadap manusia dari risikio penyakit yang berjangkit.
Berdasarkan dalil- dalil sahih di atas maka jelaslah bahawa bernafas atau meniup di dalam bekas ketika minum minuman itu telah dilarang oleh Rasulullah saw. Dan Beliau tidak mungkin melarang sesuatu jika di dalamnya tidak ada keburukan, maka siapaun yang meninggalkan larangan tersebut nescaya ia akan memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Allah swt menjelaskan tentang keadaan Rasulullah saw yang sentiasa dalam bimbingan wahyu-Nya.Allah ta’ala berfirman,

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى


“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. An Najm: 3-4)

No comments:

Post a Comment