Sedekah,
Pemaaf dan Tawadhu'
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ
لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Dari
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi
maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak
ada orang yang merendahkan diri kerana Allah, melainkan Allah akan mengangkat
darjatnya". HR Muslim
1- Sedekah itu tidak akan mengurangi
harta.( مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
)
وَمَا
يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ٠إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ٠
Dan tiadalah yang diucapkannya itu
(Al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).An-Najm 3-4
Perkara
utama yang perlu diberi perhatian dan wajib diimani ialah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidaklah mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya
semata-mata(an-Najm:3-4). Apabila beliau bersabda yang bermaksud, “Sedekah itu
tidak akan mengurangi harta”, maka pernyataan ini adalah bukan berdasarkan
runtunan nafsu tetapi ianya adalah merupakan petunjuk wahyu dari Allah swt.
Ditinjau dari perspektif yang lain,iaitu jika dilihat dari sisi jumlah, harta
tersebut mungkin saja boleh berkurang. Namun kalau kita lihat dari sudut
hakikat dan keberkatannya, malahan ianya bertambah. Boleh jadi kita bersedekah
dengan 10 ringgit, lalu Allah beri ganti dengan 100 ringgit. Sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا
أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang
sebaik-baiknya.” Saba’: 39).
Allah
berkuasa menggantikan sedekah tersebut segera di dunia.
قُلْ
أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ
وَلَا يُطْعَمُ
Katakanlah: "Apakah akan aku
jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal
Dia memberi makan dan tidak memberi makan?"Al-An'am:14
Juga
Allah berkuasa memberikan balasan dan
ganjaran di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي
كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
“Perumpaman orang-orang yang
menafkahkan hartanya mereka di jalan
Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karuniaNya) Lagi Maha Mengetahui.”
Al-Baqarah 261
2-Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. ( وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا
عِزًّا )
Menjadi
pemaaf bukti bahwa seseorang itu berhati lembut, lapang dada, sabar, dermawan,
dan mulia. Sehingga sifat pemaaf ini akan menjadikan pemiliknya sebagai manusia
mulia di hadapan Allah dan manusia.
Hayatilah
firman Allah Taála berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ
تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”Al-Taghabun: 14
Juga
hadith yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha,beliau ditanya tentang akhlak suaminya Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا
وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ
السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَح
“Tidaklah Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam itu orang yang perkataannya keji ataupun orang yang berusaha
berkata keji, tidak berteriak-teriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan
keburukan serupa; tetapi beliau memaafkan dan mengampuni kesalahan.” HR Ahmad
dan Al-Tirmizi
Allah
juga telah mengisahkan dalam Al-Qur'an tentang Nabi-Nya, iaitu Yusuf ‘alaihis
salam. Saudara-saudaranya telah menyakiti dan menzaliminya. Namun saat Yusuf
berkuasa dan kaya raya, sementara saudara-saudaranya datang kepadanya meminta
bantuan, Yusuf tidak membalas keburukan mereka dahulu dengan balasan serupa. Malahan
Yusuf memaafkan mereka,Allah Taála merakamkan perkatan Yusuf alaihis salam
dalam surah Yusuf:92
قَالَ
لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Pada hari ini tak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang."
Yusuf: 92
3-Dan tidak ada orang yang merendahkan
diri ( تَوَاضَعَ )kerana Allah, melainkan Allah akan
mengangkat darjatnya".( وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
)
Hal
ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam :
من
ترك اللّباس تواضعا لله وهو يقدر عليه , دعاه الله يوم القيامة على رءس الخلائق , حتّى
يخيّر من أيّ حلل الإيمان شاء يلبسها
"Barangsiapa
yang menanggalkan pakaian mewah karena tawadhu' kepada Allah, padahal ia dapat
(mampu) membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat dihadap sekalian
manusia, kemudian menyuruhnya memilih sendiri pakaian iman mana pun yang ia
kehendaki untuk dikenakan."HR At-Tirmidzi , Imam Ahmad didalam dan Imam al-Hakim dalam Al-Mustadraknya
Definasi
Tawadhu'
Tawadhu'
(التّواضع) secara bahasa adalah التّذلّل "Ketundukan" dan التّخاشع
"Rendah Hati". Asal katanya adalah Tawadha'atil Ardhu' yakni Tanah
itu lebih rendah daripada tanah sekelilingnya.
Sifat
Tawadhu' atau Rendah hati adalah sifat semua Nabi dan Rasul.Sifat mulia yang
wajib dicontohi oleh semua orang Islam, agar tidak terjebak dalam sifat
sombong.
Allah
Ta’ala berfirman:
تِلْكَ
الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا
فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.” Al-Qashash: 83
Allah
Ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْ
جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, dari kalangan
orang-orang yang beriman.” Asy-Syu’ara`: 215
Dari
Iyadh bin Himar radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
وَإِنَّ
اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Dan
Allah mewahyukan kepadaku agar kamu saling merendah diri agar tidak ada seorang
pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim
pada yang lain.” HR. Muslim
Dan
kesombongan adalah sifat yang ada pada Iblis.Tentang kesombongan Iblis ini
diungkapkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ
اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
"Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Al Baqarah". :34
Allah
juga mengungkapkan kesombongan iblis didalam Al Qur’an Al A’raf ayat 11-13,
وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ
ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا
إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (١١)قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ
أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
(١٢)قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ
إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada
Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali
iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud".
Dalam
Surah Al-Israa’ ayat 37, Allah SWT juga melarang manusia berbuat sombong :
وَلا
تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ
طُولا
"Dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung".
Juga
dalam SurahLuqman ayat 18 :
وَلا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
"Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri".
Didalam
hadith-hadith juga banyak disebutkan agar manusia bersifat Tawadhu’ dan tidak
berbuat sombong. Diantaranya sebagai berikut,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
مَسْعُوْدٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ
مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. فَقَالَ رَجُلٌ: اِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ اَنْ يَكُوْنَ
ثَوْبُهُ حَسَنًا وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَ.
اَلْكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقّ وَ غَمْطُ النَّاسِ.
"Dari Abdullah bin Mas’ud ra,
dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak akan masuk syurga barangsiapa yang di
dalam hatinya itu ada sebesar zarrah dari sombong”. Lalu ada seorang laki-laki
bertanya, “Sesungguhnya ada orang senang bajunya itu bagus dan kasutnya bagus,
(yang demikian itu bagaimana, ya Rasulullah ?”). Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu indah dan suka pada keindahan. Sombong itu ialah
menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. HR. Muslim dan Tirmizi
Juga
sabda Rasulullah saw,
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَيَنْتَهِيَنَّ اَقْوَامٌ يَفْتَخِرُوْنَ
بِاٰبَائِهِمُ الَّذِيْنَ مَاتُوْا: اِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ اَوْ لَيَكُوْنُنَّ
اَهْوَنَ عَلَى اللهِ مِنَ اْلجُعَلِ الَّذِى يُدَهْدِهُ اْلخِرَاءَ بِاَنْفِهِ. اِنَّ
اللهَ اَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبّيَّةَ اْلجَاهِلِيَّةِ وَ فَخْرَهَا بِاْلاٰبَاءِ. اِنَّمَا
هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَ فَاجِرٌ شَقِيٌّ. اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُوْ اٰدَمَ وَ اٰدَمُ
خُلِقَ مِنَ التُّرَابِ. الترمذى
"Dari Abu Hurairah, dari Nabi
SAW, beliau bersaba, “Hendaklah orang-orang itu berhenti dari membanggakan
nenek-moyang mereka yang telah mati, sesungguhnya mereka itu menjadi bara api
Jahannam, atau orang-orang itu akan menjadi lebih hina menurut pandangan Allah
daripada kumbang pemakan kotoran yang mendorong kotoran dengan moncongnya. Sesungguhnya
Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan jahiliyyah dan berbangga
dengan nenek moyang. Sesungguhnya manusia itu hanya (ada dua), orang mukmin
yang thaat atau orang jahat yang celaka. Manusia semuanya adalah keturunan
Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. HR. Tirmizi
Dan
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
"Wahai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal". Al Hujurat : 13
No comments:
Post a Comment