Marah dan doanya
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ
اسْتَبَّ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ أَحَدُهُمَا تَحْمَرُّ عَيْنَاهُ وَتَنْتَفِخُ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْرِفُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا هَذَا لَذَهَبَ عَنْهُ الَّذِي يَجِدُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ فَقَالَ الرَّجُلُ هَلْ تَرَى بِي مِنْ جُنُونٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Adi bin Tsabit dari Sulaiman bin Shurd ia berkata, "Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, salah seorang dari mereka matanya tampak memerah dan urat lehernya tampak menegang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Sungguh, aku tahu sebuah kalimat yang jika dibaca oleh seseorang maka akan hilang apa yang dirasakannya (rasa marah). Yaitu, A'UUDZU BILLAAHI MINAS SYAITHAANIR RAJIIMI (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk)." Laki-laki yang marah itu lalu berkata, "Apakah engkau melihatku seperti orang gila?" HR Abu Daud,4150. Sahih.
Dalil al-Qur'an,
وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
… Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. asy-Syura: 37
Dalil al-Qur'an,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
…Dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. Ali- Imran : 134
Dalil Hadith,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : لَا تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : لَا تَغْضَبْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” HR al-Bukhari
Marah adalah bara yang dilemparkan syaitan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya merah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.
Setiap manusia ada mempunyai sifat marah. Haiwan juga ada sifat marah. Sifat sabar sebenarnya adalah sebagai penghalang dari sifat marah. Walau bagaimanapun kesabaran ada pula had dan batasnya. Apabila sudah hilang sabar maka timbullah kemarahan.
Marah yang keterlaluan adalah amat dilarang oleh Islam kerana mendatangkan kesan dan implikasi yang tidak baik. Samaada dari orang yang marah ataupun terhadap orang yang kena marah.
Rasulullah Sallalahu'alaihi wa sallam memerintahkan orang yang sedang marah agar melakukan berbagai sebab yang dapat menahan dan meredakan kemarahannya.
Diantara cara yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memadamkan marah adalah dengan mengucapkan: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Ini bersesuaian dengan firman Allah Subhanahuwata'ala,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan jika syaitan datang mengodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. al-A’raf: 200
Diantara sebab yang dapat menahan dan meredakan kemarahan yang diajar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ.
Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah ia berbaring.HR Ahmad, sahih.
Walaupun begitu ada juga marah yang dipuji iaitu marah yang pertengahan atau marah yang bertempat. Sebagai contohnya seorang bapa marah kepada anaknya yang tidak mahu bersolat atau menutup aurat.
No comments:
Post a Comment