Sunday 29 October 2017

Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengannya.

Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengannya.


حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ أَوْ بَعْضُ أَزْوَاجِهِ إِنَّا لَنَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ اخْتَصَرَهُ أَبُو دَاوُدَ وَعَمْرٌو عَنْ شُعْبَةَ وَقَالَ سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ عَنْ سَعْدٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas dari Ubadah bin Shamit dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Barangsiapa Mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya." Kontan 'Aisyah atau sebagian isteri beliau berkomentar 'kami juga cemas terhadap kematian! ' Nabi lantas bersabda: "Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apapun yang lebih ia cintai daripada apa yang dihadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya." Abu Daud dan Amru meringkasnya dari Syu'bah dan Said mengatakan dari Qatadah dari Zurarah dari Sa'd dari 'Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. HR Bukhari,6026

Dalil al-Qur'an,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." Al-Kahfi: 110

Mukmin wajib mencintai Allah swt, Dan dia juga wajib mengharapkan kecintaan dari Allah swt.

Firman Allah swt,

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah 165)

Dari itu Allah swt berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali Imran:31

Mukmin juga wajib yakin, hari perjumpaan dengan Allah swt pasti ada dan akan berlaku. Iaitu di suatu saat Allah swt akan memberikan balasan dari amal-amal perbuatan hamba-Nya sesudah mereka dibangkitkan dari kuburnya dan di tempatkan di Masyhar. Kerana perjumpaan inilah, maka setiap Mukmin itu senantiasa menyiapkan segala perbekalan untuk perjumpaan tersebut. Sepertimana yang di firmankan oleh Allah swt dalam surah al-Kahfi ayat 110 diatas.
Yang memberi maksud bahawa syarat sesiapa yang berharap pahala dari Allah dan balasan baik saat berjumpa dengan Allah swt di hari akhriat nanti, maka hendaknya ia beramal dengan amal yang salih, iaitu segala amal baik yang bersesuaian sesuai dengan syariat Allah swt.
Dan syaratnya lagi, dalam beramal dengan amal salih tersebut ia hanya mengharapkan wajah Allah Ta'ala semata-mata tanpa menyengutukan-Nya dengan sesuatu yang lain.

Dan juga amal tersebut adalah semestinya hanya ikhlas untuk Allah swt dan benar-benar selari dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi.

Dan juga Firman Allah swt,

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Thaha: 123, 124

Abdullah bin Abbas menjelaskan ayat diatas dengan katanya yang bermaksud, “Allah menjamin kepada sesiapa saja yang membaca Al-quran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” Rujuk tafsir ath-Thabari.

Doa diwaktu menziarahi orang sakit.

Doa diwaktu menziarahi orang sakit.


حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا أَوْ أُتِيَ بِهِ قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا قَالَ عَمْرُو بْنُ أَبِي قَيْسٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ وَأَبِي الضُّحَى إِذَا أُتِيَ بِالْمَرِيضِ وَقَالَ جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى وَحْدَهُ وَقَالَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Manshur dari Ibrahim dari Masruq dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjenguk orang sakit atau ada orang yang sakit datang kepada beliau, beliau berdo'a: 
أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
"ADZHIBIL BA`SA RABBAN NAASI ISYFII WA ANTA SYAAFI LAA SYIFAA`A ILLA SYIFAA`UKA SYIFAA`A LAA YUGHAADIRU SAQAMA (Hilangkanlah penyakit wahai Rab sekalian manusia, sembuhkanlah wahai dzat Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak membawa rasa sakit)." 'Amru bin Abu Qais, Ibrahim bin Thahman mengatakan dari Manshur dari Ibrahim dan Abu Adl Dluha dengan redaksi "Apabila ada orang yang sakit datang kepada beliau." Sementara Jarir mengatakan dari Manshur dari Abu Adl Dluha saja, dia berkata; "Apabila beliau menjenguk orang sakit." HR Bukhari,5243

Dalil Al Qur’an :

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” As Syu’araa: 80

Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii (الشَّافِي ). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadith dan ayat al-Qur'an diatas.
Makna dari (الشَّافِي ) adalah Zat yang mampu memberikan kesembuhan, baik kesembuhan penyakit hati mahupun penyakit jasmani. Juga kesembuhan hati dari penyakit syubhat, keraguuan, hasad dengki, serta penyakit-penyakit hati lain, dan juga kesembuhan jasmani dari penyakit-penyakit badan.

Yang memberi maksud, bahawa Allah jua semata yang memberikan kesembuhan, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memberikan kesembuhan. Justeru itu, wajib bagi hamba menyakini bahwasanya tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Allah swt sahaja.
Selaku hamba yang beriman dan berkeyakinan bahwasannya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah semata ,walaupun begitu bukan bermakna menjadi penghalang seorang hamba untuk mengambil sebab kesembuhan dengan melakukan pengubatan. Terdapat banyak hadith yang mengandungi perintah untuk berubat serta menyebut tentang ubat-ubat yang bermanfaat.

Perkara ini tidak bertentangan dengan konsep tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan hanya dari Allah Ta’ala.

Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“ Semua penyakit ada ubatnya. Jika sesuai antara penyakit dan ubatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” HR Muslim

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari.

Dalil Hadith,


حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَأَبُو الطَّاهِرِ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيسَى قَالُوا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو وَهُوَ ابْنُ الْحَارِثِ عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Abu Ath Thahir serta Ahmad bin 'Isa mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku 'Amru yaitu Ibnu Al Harits dari 'Abdu Rabbih bin Sa'id dari Abu Az Zubair dari Jabir dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla."
HR Muslim,4084.

Dalil Hadith,


حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرُ فَسَلَّمْتُ ثُمَّ قَعَدْتُ فَجَاءَ الْأَعْرَابُ مِنْ هَا هُنَا وَهَا هُنَا فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَتَدَاوَى فَقَالَ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ


Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An Namari telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin Syarik ia berkata, "Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya, dan seolah-olah di atas kepala mereka terdapat burung. Aku kemudian mengucapkan salam dan duduk, lalu ada seorang Arab badui datang dari arah ini dan ini, mereka lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah boleh kami berobat?" Beliau menjawab: "Berobatlah, sesungguhnya Allah 'azza wajalla tidak menciptakan penyakit melainkan menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu pikun." HR Abu Daud,3457 Sahih.

Sunday 22 October 2017

Salam dan hubungannya dengan iman.

Salam dan hubungannya dengan iman.

ّحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ عَنْ لْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian." Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah memberitakan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, " sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'." Muslim, 81

Dalil Hadith,

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي شُعَيْبٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang jika kalian amalkan maka kalian akan saling menyayangi? Tebarkanlah salam di antara kalian." HR Abu Daud,4519. Sahih

Dalil al-Qur'an,

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Do'a mereka di dalamnya ialah: " سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: " الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ". Yunus:10

Dalil al-Qur'an,

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

(sambil mengucapkan):" سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ".Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Ar-Ra’d: 24


Salam ~ [ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ ] adalah ucapan umat Islam untuk meningkatkan hubungan persaudaraan diantara semua umat Islam, yang mempunyai makna saling mendoakan dalam kebaikan serta mengingat kebesaran dan kemuliaan Allah swt. Sesungguhnya As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi.
Diantara perkara yang penting dalam kehidupan bermasyarakat muslim adalah menyebarkan salam. Kerana dengannya akan menumbuhkan rasa saling cinta-mencintai di antara mereka, walaupun tidak saling mengenal.

Salam adalah suatu amalan atau ucapan yang ringan dan mudah untuk dilakukan namun jarang diterapkan di tengah keluarga danasyarakat . Walhal banyak buah kebaikan yang boleh dipetik dari ucapan yang mengandung muatan doa ini.

Begitu juga ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin dekat dan kukuh ikaran persaudaraan antara kaum muslimin, serta menzahirkan syi’ar yang berbeza dengan pemeluk agama lain. Di samping itu juga, di dalamnya terdapat latihan bagi jiwa seseorang agar ada sifat tawadduk dan menghormati kaum muslimin yang lainnya.

Ancaman bagi mereka yang meninggalkan amalan dalam,

Abu Hurairah ra. pernah mengatakan:

أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ

“Orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan salam.” HR. Al-Bukhari

Diantara dalil Hadith berkenaan dengan salam:

Salam adalah Hak Muslim keatas Muslim yang lain,

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia1. Jika dia sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)

Salam adalah keselamatan,

أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوا

“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” HR. Ahmad, Sahih

Salam adalah jalan ke Syurga,

اعْبُدُوا الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا السَّلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ

“Ibadahilah Ar-Rahman, berikan makanan dan sebarkan salam, nescaya kamu akan masuk ke dalam syurga dengan selamat.” HR. At-Tirmidzi , sahih.

Salam adalah lambang kasih sayang,

Dari Anas bin Malik ra, beliau menceritakan,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ n مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ

“Rasulullah saw pernah bertemu dengan anak-anak kecil lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Muslim no. 2168)

Salam adalah berupa amal kebajikan yang berpahala,

Diceritakan oleh Abu Hurairah ra:

إِنَّ رَجُلاً مَرَّ عَلَى رَسُولِ اللهِ ن وَهُوَ فِي مَجْلِسٍ، فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالَ: عَشْرَ حَسَنَاتٍ. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ، فَقَالَ: عِشْرُوْنَ حَسَنَةً. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ: ثَلاَثُونَ حَسَنَةً. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يُسَلِّمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ن: مَا أَوْشَكَ مَا نَسِيَ صَاحِبُكُمْ، إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَجْلِسَ فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، وَإِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ، مَا الْأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ الْآخِرَةِ


Ada seseorang datang kepada Rasulullah n yang saat itu sedang berada di suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu ‘alaikum.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.” Datang lagi seorang yang lain, lalu berkata, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi.” Beliau bersabda, “Dia mendapat duapuluh kebaikan.” Ada seorang lagi yang datang, lalu mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat tigapuluh kebaikan.” Kemudian ada seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa mengucapkan salam, maka Rasulullah n pun mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu lupa. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis, hendaknya dia mengucapkan salam. Bila ingin duduk, hendaknya dia duduk. Bila dia pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan salam. Tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam yang akhir.” HR. Al-Bukhari .

Keutamaan mengucapkan salam pada saat akan memasuki rumah sepertimana firman Allah swt dalam surah An-Nuur: 27;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.An-Nur:27

Salam adalah jaminan dari Allah swt,

Dari Abu Umamah Al-Bahili ra. dari Rasulullah saw,

ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: (مِنْهَا) وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Ada tiga orang yang mendapat jaminan dari Allah swt, (di antaranya) seseorang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia mendapatkan jaminan dari Allah swt.” HR. Abu Daud,Sahih.

Ucapan salam dikala memasuki rumah yang tiada penghuni,

Dinyatakan oleh Mujahid dan Qatadah, Apabila engkau masuk rumah yang tidak berpenghuni, ucapkanlah:السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِـحِيْنَ . Tafsir Ibnu Katsir.

Saturday 21 October 2017

Neraka dikelilingi shahwat(keinginan) dan syurga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci oleh nafsu.

Neraka dikelilingi shahwat(keinginan) dan syurga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci oleh nafsu.

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

Telah menceritakan kepada kami Ismail mengatakan, telah menceritakan kepadaku Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)."HR Bukhari,6006.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ وَحُمَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنِي وَرْقَاءُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dan Humaid dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Syurga diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi syahwat." Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Syababah telah menceritakan kepadaku Warqa` dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam sepertinya. HR Muslim, 5049

Fitrah kejadian manusia adalah dikurniai Syahwat(keinginan):

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).Ali Imran : 14

Allah swt berfirman,

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي

“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejahatan kecuali jiwa yang dirahmati Tuhanku.” Yusuf: 53

Hadith ini menjelaskan bahawa seseorang itu tidak akan masuk syurga sehingga dia mengamalkan perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa, dan sebaliknya seseorang itu pula tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwatnya(keinginan). Demikian itu kerana penghias syurga dan neraka adalah berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa.

Syurga adalah berupa amalan-amalan yang dibenci oleh jiwa dan diantaranya amalan-amalan yang dibenci oleh jiwa seperti bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah swt serta menekuninya, bersabar disaat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bersedekah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan lainnya.

Dan neraka pula adalah berupa amalan-amalan yang disenang ioleh syahwat(keinginan). Diantara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat(keinginan) yang jelas haramannya seperti minum yang memabukkan, berzina, berjudi, menghabiskan masa dengan sia-sia,mengumpat,memfitnah dan sebagainya.

Adapun syahwat (keinginan) yang harus(mubah), seperti makan minum yang halal dan sedap-sedap atau pakaian yang menutup aurat tetapi mahal harganya,maka tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila berlebih-lebihan karena dibimbangi akan menjerumuskan pada perkara-perkara haram, sekurang-kurangnya hati boleh menjadi kering atau melalaikan hati untuk melakukan ketaatan bahkan mungkin boleh menyebabkan hatinya menjadi condong kepada gemerlapnya dunia.

Larangan mencela makanan

Larangan mencela makanan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sama sekali, apabila senang maka beliau memakannya dan apabila tidak menyukai maka beliau meninggalkannya."HR Abu Daud,3271. Sahih.

Allah swt berfirman,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

"Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Al-A’raf: 31

Sikap di atas merupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah saw . Begitu mulianya akhlak Rasulullah SAW, sehingga beliau saw tidak pernah mencela makanan yang dihidangkan kepada beliau saw selama mana makanan itu adalah halal. Beliau saw mensyukuri rezeki yang diberikan Allah SWT dan menghormati perasaan orang yang telah menyediakan makanan tersebut.

Disisi yang lain pula, berkemungkinan ada orang lain yang menyukai makanan tersebut. Hadith di atas juga mengajarkan sikap sebenar dalam menghadapi makanan yang tidak disukai, iaitu dengan cara tidak menyentuhnya dan meninggalkannya. Seperti juga kisah Rasulullah dengan daging dhab(biawak padang pasir),

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ إِيَاسٍ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وَسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَقِطِ وَالسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَذُّرًا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Iyas berkata, aku mendengar Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Ummu Hufaid, bibi dari Ibnu 'Abbas menghadiahkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keju, minyak samin dan daging biawak. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memakan keju dan minyak samin tapi membiarkan daging biawak(dhab) karena tidak menyukainya". Ibnu 'Abbas berkata: "Semua itu dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seandainya diharamkan tentu tidak akan dihidangkan pada makanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ". HR Bukhari,2387.

Selain itu, ada juga bentuk penghargaan lain terhadap makanan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, walaupun tidak selalu dilakukan oleh beliau saw. Iaitu Rasulullah saw pernah memuji makanan. Dalam satu riwayat , Rasulullah saw pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang ada. Keluarga beliau menjawab:

مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ

“Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka,” maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas beliau saw berkata:

نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

“Sebaik-baik lauk adalah cuka. Sebaik-baik lauk adalah cuka”. HR Muslim

Pujian dalam hadith diatas boleh difahami, samaada pujian terhadap makanan atau pujian terhadap orang yang menyediakan makanan atau kedua-duanya sekali. Walaupun begitu, tidak bermakna pengutamaan cuka di atas segala makanan.

Begitulah sekelumit kisah Rasulullah saw berkaitan dengan makanan, yang merupakan keperluan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Beliau saw tidak mencela dan selalu bersikap qana’ah (menerima) dengan apa yang tersedia.

Kewajipan berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada selainnya.

Kewajipan berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada selainnya.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ


Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadits seperti di atas." HR Bukhari 5514

Diantara pengajaran hadith:

1-Disyari'atkan mendatangi sumber ilmu.

Dalil al-Qur'an,

فَسۡ‍َٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” an-Nahl: 43

Pentingnya mempelajari ilmu terus dari seorang guru dan tidak boleh hanya merasa cukup dengan sekadar banyak membaca buku, Imam Auza'i mengatakan : "Dulunya ilmu ini mulia dimana orang-orang mengambilnya dari para guru namun ketika sudah dikimpulkan dalam buku-buku maka masuk juga dalam ilmu ini yang bukan ahlinya".
Hilyatu Tholib Al 'Ilm

Sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar.Bahawasanya salah satu dari syarat seseorang dikatakan hafizh (ahli hadith) adalah mengambil ilmu/hadith terus dari mulut para masyayikh (guru) bukan hanya terus kepada buku-buku.

Ayat diatas (an-Nahl: 43) adalah difahami dan praktiknya secara umum dalam segala urusan, baik urusan dunia maupun urusan agama. Kesannya, kita harus mengetahui perbezaan antara urusan agama dan urusan dunia. Justeru itu, kepada siapa kita harus bertanya? Urusan agama ditanyakan kepada ulama (orang yang berilmu dalam hal agama), dan urusan dunia ditanyakan kepada ahlinya.

Keburukan akan berlaku jika sesuatu persoalan dan permasaalahan itu tanyai dan ditangani pula oleh bukan ahlinya, Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw,

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَلَاءَ، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ الْعِلْمِ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya, Allah tidaklah mencabut ilmu dengan sekali cabut dari hamba-Nya. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sampai apabila Allah tidak menyisakan seorang ulama pun, manusia pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Mereka ditanya lalu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” HR. al-Bukhari

2-Kewajipan berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada selainnya.

Seorang muslim diwajibkan untuk berbakti kepada orang kedua orang tuanya, khususnya ibu. Seorang anak harus berusaha mendapatkan redhonya dan mengelakkanya menjadi marah. Diantara dalil dalam masalah ini adalah, firman Allah swt dalam surat Al-Isra' ayat 23:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

(Dan Rabb mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dalil al-Qur'an,

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24

Dalil al-Qur'an,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak…..” An-Nisa : 36

Dalil al-Qur'an,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” Luqman : 14

Dalil al-Qur'an,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan” Luqman : 15

Walaupun begitu berbakti dan taat kepada orang tua adalah terbatas pada perkara yang ma’ruf. Adapun apabila orang tua menyuruh kepada kekafiran, maka tidak boleh taat kepada keduanya. Allah berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا

“Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..” Al-Ankabut : 8

Ibnu Baththal ra menyebutkan bahawa diantara hikmah didahulukan ibu dari bapa kerana beliau memiliki tiga kekhususan yang tidak dimiliki oleh bapak kepada anaknya iaitu: mengandung, melahirkan dan menyusui.

Kelebihan Tasbih

Kelebihan Tasbih

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dan Ali bin Muhammad keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari 'Amarah bin Al Qa'qa' dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua kalimat yang ringan di ucapkan dengan lisan, berat dalam timbangan dan sangat di cintai oleh Dzat yang Maha pengasih adalah Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil 'adzim (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah dan Maha Agung)." HR Ibnu Majah,3796. Sahih

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail dari 'Umarah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Dua kalimat ringan dilisan, berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu Subhaanallahul'azhiim dan Subhanallah wabihamdihi." HR Bukhari, 5927.

Kedua-dua kalimat ini merupakan penyebab kecintaan Allah kepada seorang hamba.Kalimat ini pula berat di dalam timbangan amal dan dicintai oleh ar-Rahman, sedangkan kedua-duanya sama sekali tidak merugikan seseorang sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan.

Apabila telah terbekas dalam diri seseorang hamba mengenai pengakuan dan keyakinan terhadap kesucian pada zat Allah dari segala kekurangan dan aib, maka secara langsung pula akan terbekas pula di dalam jiwanya bahwa Allah adalah sebagai pemilik berbagai kesempurnaan sehingga yakinlah dirinya bahwa Allah adalah Rabb bagi seluruh makhluk-Nya. Dan akan terhasillah pula keyakinan dalam lubuk hatinya bahawa Allah swt adalah zat yang wujud dengan keesaan-Nya. Justeru itu, Hal ini yang mewajibkan manusia untuk mentauhidkan Allah dalam segala keadaan dan termasuk juga dalam perkara ibadah. Oleh yang demikian maka kalimat ini mengandung penetapan tauhid terhadap Allah swt.

Maka ucapan ini adalah untuk menyatakan bahawa tidak ada sesesuatu yang lebih agung dan berkuasa melebihi kekuasaan Allah swt dan tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya daripada-Nya, tidak ada yang lebih dalam ilmunya daripada-Nya. Maka Allah swt itu Maha agung zat dan sifat-sifat-Nya

Tuesday 17 October 2017

Hukum makmum menunggu Imam

Hukum makmum menunggu Imam

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika iqamah telah dikumandangkan maka janganlah berdiri hingga kalian melihat aku, dan hendaklah kalian melakukannya dengan tenang." HR Bukhari, 602

Pada kebiasaannya Rasulullah saw adalah sebagai imam tetap di masjid nabawi, dan Beliau selalunya datang setelah menunaikan solat qabliyah di rumahnya. Rasulullah saw akan masuk masjid ketika para jamaah sudah ramai yang berkumpul. Bilal pula akan mengumandangkan iqomah setelah melihat Rasulullah saw masuk ke dalam masjid dan solat farhu dimulakan.

Beristimbat dari hadith di atas dan lainnya, jumhur ulama berpendapat apabila imam berada di luar masjid maka para jamaah tidak boleh berdiri membentuk saf, sehingga mereka melihat imam datang.
Imam didalam masjid dan bilakah makmum dianjurkan untuk berdiri menyusun saf?

1-Hanafiyah mengatakan, makmum mulai berdiri ketika muazin mengucapkan: “Hayya ‘alas solat“
2-Malikiyah berpendapat, mula berdiri makmum apabila muazin memulakan iqomah.
3-Syafiiyah mengatakan, makmum berdiri setelah muazin selesai mengumandangkan iqomah.
4-Hambali berpendapat, makmum berdiri ketika muazin mengucapkan ‘Qad qamatis solah‘.
Rujuk: Bahrul maazi

Juahilah sikap terburu-buru dikala hendak menunaikan solat.

Juahilah sikap terburu-buru dikala hendak menunaikan solat.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ وَأْتُوهَا تَمْشُونَ وَعَلَيْكُمْ السَّكِينَةُ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
قَالَ أَبُو دَاوُد كَذَا قَالَ الزُّبَيْدِيُّ وَابْنُ أَبِي ذِئْبٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ وَمَعْمَرٌ وَشُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا و قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَحْدَهُ فَاقْضُوا و قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَجَعْفَرُ بْنُ رَبِيعَةَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَأَتِمُّوا وَابْنُ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو قَتَادَةَ وَأَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ قَالُوا فَأَتِمُّوا

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami 'Anbasah telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al-Musayyib dan Abu Salamah bin Abdurrahman bahwasanya Abu Hurairah berkata; Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila shalat telah dibacakan iqamah, maka janganlah kalian mendatanginya dengan berlari, akan tetapi datangilah dalam keadaan berjalan biasa, dan hendaklah kalian tenang. Apa pun yang kalian dapatkan dengan jama'ah maka lakukanlah, dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah." Abu Dawud berkata; Demikian yang dikatakan oleh Az-Zubaidi dan Ibnu Abi Dzi`b dan Ibrahim bin Sa'd dan Ma'mar dan Syu'aib bin Abu Hamzah dari Az-Zuhri; Dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah. Dan Ibnu Uyainah menyebutkan dari Zuhri sendirian (dengan lafazh); Maka selesaikanlah. Dan berkata Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, dan Ja'far bin Rabi'ah dari Al-A'raj dari Abu Hurairah dengan lafazh; maka sempurnakanlah. Dan riwayat Ibnu Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Qatadah dan Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, semuanya menyebutkan dengan lafazh; maka sempurnakanlah. HR Abu Daud.485

Bila seseorang mendengar iqamah diserukan maka janganlah ia bergegas, terburu-buru, atau bahkan berlari-lari untuk bersama dengan jamaah yang lain. Hendaklah ia berjalan dengan sakinah atau tenang dan tidak terburu-buru, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadith di atas.

Maksud Iqomah:

Iqomah berbeza dengan azan. Jika azan merupakan pemberitahuan masuknya waktu solat, maka iqomah merupakan pemberitahuan tentang pelaksanaan solat. Dari segi bahasa iqomah berarti menegakkan sesuatu, sedangkan menurut syara' atau syariat, iqomah adalah pemberitahuan akan ditunaikannya solat wajib 5 waktu atau solat Jumaat dengan lafaz-lafaz khusus yang telah ditetapkan oleh syariat.
Dari segi hukum pula, sebahagian ulama mengatakan bahwa hukum azan dan iqomah adalah sunnah muakkad, namun ada pendapat yang lain mengatakan hukum azan dan iqomah adalah fardu kifayah.
Kedua-duanya disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Surat Al-Ma’idah Ayat 58 dan Al-Jumu’ah ayat 9 :

Dalil al-Quran,

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal. Al-Ma’idah Ayat 58

Dalil al'Qur'an,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Al-Jumu’ah ayat 9

Ibadah serta cakupannya dan ibadah adalah sumber rezeki.

Ibadah serta cakupannya dan ibadah adalah sumber rezeki.

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ زَائِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَدْ رَفَعَهُ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud dari Imran bin Zaidah dari Ayahnya dari Abu Khalid Al Walibi dari Abu Hurairah dia berkata, "Saya tidak mengetahui hadits ini melainkan ia telah memarfu'kannya (kepada Nabi), beliau bersabda, "Allah berfirman: "Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan (batin). Akan Aku tutupi kemiskinanmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan masuki hatimu dengan kesibukan dan tidak akan Aku tutupi kemiskinanmu." Ibnu Majah,4097. Sahih

Dalil hadith,

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ زَائِدَةَ بْنِ نَشِيطٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَأَبُو خَالِدٍ الْوَالِبِيُّ اسْمُهُ هُرْمُزُ

Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Khasyram telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus dari 'Imran bin Za'idah bin Nasyith dari bapaknya dari Abu Khalid Al Walibi dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam, fokuskanlah untuk beribadah kepadaku niscaya Aku penuhi dadamu dengan rasa cukup dan aku tutupi kefakiranmu, jika kamu tidak mengerjakannya Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutupi kefakiranmu." Dia berkata: Hadits ini hasan gharib, adapun Abu Kholid Al Walibi namanya adalah Hurmuz.HR Tirmizi, 2390. Sahih

Dalil al-Qur'an,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." Adz-Dzariyaat : 56

Dalil al-Qur'an,

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَما أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ، إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

"Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." Adz-Dzariyaat : 57-58

Keterangan:

a-Ibadah:

(تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي) Luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku.
Maksudnya adalah luangkanlah dirimu dari segala sesuatu (yang menyibukkan) hanya untuk beribadah kepada-Ku dan maksimalkanlah waktumu untuk beribadah(hanya kepada Allah).
Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakupi semua perkara yang dicintai dan diredai oleh Allah swt, samaada berupa ucapan dan amalan, baik yang nampak mahupun yang tersembunyi.
Justeru itu maka solat, zakat, puasa, haji, perkataan yang benar, menyempurnakan amanah, berbakti kepada kedua ibu bapa, silaturrahim, menepati janji, amar ma'ruf nahi mungkar, jihad menghadapi orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada jiran tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, hamba sahaya, haiwan peliharaan atau yang memerlukan bantuan, berdoa, berzikir, membaca al-Quran, dan yang seumpamanya termasuk dalam hal ibadah. Demikian juga mencintai Allah swt dan Rasul-Nya saw takut dan inabah kepada-Nya, ikhlas hanya kepada-Nya, bersabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, redha dengan qadha-Nya, bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan yang semisalnya termasuk juga dalam hal ibadah.
Justeru itu, adalah seorang hamba hendaknya beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah swt, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan.

Dalil hadith,

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْلَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَغِنَّهُ يَرَاكَ

“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu” HR Muslim.

Inti kepada agama pula ada dua pokok yang asas, iaitu tidak beribadah kecuali kepada Allah , dan tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari'atkan, iaitu tidak dengan rekaan bid'ah.

Dalil hadith,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”HR. Bukhari(2697) dan Muslim(1718).

Dalil al-Qur'an,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".al-Kahfi:110

Dalil al-Qur'an,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb Semesta Alam. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." Al-An-aam : 162-163

Kesimpulannya, bahwa ibadah itu cakupannya adalah amat luas, dari hal solat, puasa, haji, zakat, menuntut ilmu syar'i, bekerja untuk mencari nafkah keluarga, membaca al-Quran, dan yang lain-lainnya. Dimana cakupan dari ibadah itu harus memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw.

b-Beribadah sepenuhnya adalah kunci rezeki:

Ada beberapa nash yang menunjukkan bahwa beribadah sepenuhnya kepada Allah termasuk di antara kunci-kunci rezki dan diantaranya adalah hadith di atas,

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: Wahai anak Adam, fokuskanlah untuk beribadah kepadaku niscaya Aku penuhi dadamu dengan rasa cukup dan aku tutupi kefakiranmu, jika kamu tidak mengerjakannya Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutupi kefakiranmu."

Umum dalil al-Qur'an,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” Ath Tholaq: 2-3

Dalil al-Qur'an,

وْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.al-A'raaf:96

Dalil al-Qur'an,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.an-Nuur:55.

Saturday 14 October 2017

Haram melambatkan pembayaran hutang bagi orang yang mampu membayar hutang. Dan hukum hiwalah.

Haram melambatkan pembayaran hutang bagi orang yang mampu membayar hutang. Dan hukum hiwalah.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi, dari Malik, dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penangguhan orang yang kaya (dalam melangsaikan hutang) adalah kezaliman, dan apabila salah seorang di antara kalian diikutkan (hutangnya dipindahkan, hiwalah) kepada orang yang kaya, hendaknya ia mengikuti!" HR Abu Daud, Sahih.

Hutang piutang ( القرض او الدين)adalah suatu transaksi di mana seseorang meminjam harta benda kepada orang lain dengan janji akan dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan. Hutang termasuk muamalah (transaksi) antara manusia yang cukup mendapat perhatian dalam Islam karena ada unsur ekonomi dan hak individu yang dalam Islam sangat dihormati.

Hutang akan menyebabkan seseorang itu menanggung amanah yang harus ditunaikan yaitu menjelaskan hutang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوْا اْلأَمَاناَتِ إِلىَ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيْراً

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimnya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” An-Nisa : 58

Oleh kerana itu, barangsiapa yang berhutang, maka hendaklah dia segera membayar hak orang-orang yang wajib dia tunaikan itu.
Penundaan pembayaran hutang oleh orang-orang yang mampu adalah suatu kezaliman. 

Maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam hal tersebut sebelum maut menjemputnya dengan tiba-tiba, sementara dia masih tergantung pada hutangnya.

Adab Rasulullah saw. dalam hal menjelaskan hutang,
,
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ – وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى

Dari Jabir bin Abdullah ,ra ia berkata: “Aku mendatangi Nabi di masjid sedangkan beliau mempunyai hutang kepadaku, lalu beliau membayarnya dan menambahkannya”. (HR. Bukhari,
Hiwalah(pemindahan hutang):

Allah Swt berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْل

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yangditentukan, hendaklah kamumenuliskannya. Dan hendaklah seorangpenulis di antara kamu menuliskannyadengan benar”. Al-Baqarah : 282

Dari segi bahasa:
Memindahkan atau mengalihkan.
Dari segi Syara':
Pemindahan atau pengalihan hak untuk menuntut pembayaran hutang dari satu pihak kepada pihak yang lain

Ruh,pendengaran,penglihatan dan hati

Ruh,pendengaran,penglihatan dan hati

حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَرْثٍ بِالْمَدِينَةِ وَهُوَ مُتَّكِئٌ عَلَى عَسِيبٍ فَمَرَّ بِقَوْمٍ مِنْ الْيَهُودِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ سَلُوهُ عَنْ الرُّوحِ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا تَسْأَلُوهُ عَنْ الرُّوحِ فَسَأَلُوهُ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى الْعَسِيبِ وَأَنَا خَلْفَهُ فَظَنَنْتُ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْهِ فَقَالَ { وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا } فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ قَدْ قُلْنَا لَكُمْ لَا تَسْأَلُوهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah dari Abdullah berkata, "Pernah aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di sebuah kebun di Madinah, saat beliau bertelekan di atas tongkat. Kemudian beliau melalui sekelompok orang Yahudi, sebagian diantara mereka bertanya kepada sebagian lainnya 'Cuba tanyailah dia tentang roh/nyawa', sedang sebahagian lain berkata 'Jangan tanyai dia tentang nyawa'. Kemudian beliau berdiri bertelekan di atas tongkatnya sedang saya berada di belakangnya, aku kira beliau sedang menerima wahyu, lantas beliau membacakan kepada mereka: '(Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh/nyawa, katakanlah bahwa roh/nyawa itu adalah urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit) ' Al Isra': 85. Maka sebahagian di antara mereka berkata kepada sebahagian lainnya, 'Kan telah kami katakan kepada kalian, jangan kalian tanya tentangnya! HR Bukhari

Firman Allah swt,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".al-Isra': 85

Ruh adalah merupakan sebahagian hasil ciptaan Allah swt dan kejadian ruh adalah bukan sebagai benda yang berjisim dan hanya Allah sendirilah yang mengetahui tentang ruh itu, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, kerana manusia tidak mengetahui kecuali apa yang boleh dirasakan atau dicapai oleh pancaindera dan boleh diperlakukan oleh akal, sedangkan mengenai benda, manusia hanyalah mengetahui sebahagian sifat-sifatnya sahaja, seperti warna dan gerak, boleh diketahui oleh penglihatan (mata), suara boleh diterima oleh pendengaran (telinga), rasa dapat dikecap, bau dapat dicium, panas dan dingin dapat dirasakan oleh kulit. Maka dengan demikian tidaklah mudah bagi manusia mengetahui sesuatu yang tidak bersifat benda, seperti halnya ruh.

Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud “Ar-Ruh” adalah ruh (nyawa), yang dengan itu tubuh manusia menjadi hidup. Sebagaimana yang disebutkan didalam surah ' Al Isra' ayat 85 diatas .

Ayat ini merupakan jumlah mu‘taridhah (جملة المعترضة) untuk menunjukkan betapa rugi dan sesatnya orang-orang zalim itu dan bahawa mereka terpedaya sehingga tidak mahu memikirkan tentang Al-Kitab/al-Quran dan mengambil manfaat daripadanya, tetapi disibukan dengan mencari-cari persoalan yang dibuat-buat tentang sesuatu yang tidak memberi apa-apa munafaat bahkan pula boleh menyesatkan. Padahal soalan sebegini menurut hikmah akal yang sihat patut ditutup jalan untuk mengetahuinya.

Inilah satu contoh cara berfikir golongan yang dimurkai Allah dan golongan sesat yang disebut didalam surah al-Fatihah, ayat 7,

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur". As-Sajdah:9
Dalam ayat di atas Allah swt meminta rasa syukur dari manusia di atas segala anugerah dan nikmat yang dikurniakan-Nya kepada manusia.Dan Allah swt tidak meminta agar manusia memikir dan mengkaji tentang kejadian ruh itu.

Pendengaran, penglihatan dan hati merupakan anugerah serta kenikmatan yang amat besar, Allah pun hanya meminta rasa syukur dari manusia. Syukur dengan cara menggunakan ketiga-tiga anugerah tersebut secara optimal serta dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik sesuai dengan perintah Sang Pencipta.

Mendengar bererti mencari informasi dan ilmu pengetahuan baik yang sifatnya wahyu ataupun penemuan-penemuan manusia yang sudah menjadi teori. 

Melihat berarti meneliti, memperhatikan segala fenomena yang terjadi baik pada diri manusia ataupun alam semesta yang lebih luas. 
Hati merupakan proses perenungan dan berfikir untuk memahami segala sesuatu dan menjawab setiap pertanyaan yang muncul.
Namun ia tidak berhenti sampai disitu, segala sesuatu yang sudah kita fahami seharusnya menjadi acuan untuk meniti perjalanan hidup ini. Baik buruknya kehidupan seseorang ditentukan oleh apa yang diterima oleh hati melalui mata dan hati yang dipandu oleh syariat Allah swt, baik yang berupa aqidah keimanan, amalan Islami dan kesempurnaan sifat ihsan yang membaluti kedua-duanya .

Namun banyak juga orang yang sudah diberi ilmu dan pemahaman namun jalan hidupnya bertolak belakang dengan hatinya.
Firman Allah swt.

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

"Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya".al-Ahqaf:26

Firman Allah swt,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai". al-A'raf:179

Ingatlah, bahwa kehidupan ini adalah amanah dan tubuh ini pun juga adalah amanah, setiap amanah yang diberikan adalah akan di pertanggungjawabkan untuk memeliharanya dengan baik dan menggunakannya juga di jalan yang baik dengan tujuan untuk kebaikan diri dan sekitarnya. Seperti firman Allah swt,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Al-isra' :36
Suatu saat nanti amanah ini akan diminta dipertanggungjawabkan oleh Sang Pemberi amanah, apakah disyukuri dan digunakan untuk kemaslahatan ataukah diingkari dan malah digunakan untuk hal-hal yang salah.

Ganjaran pahala dan penghapus dosa bagi orang yang ditimpa musibah.

Ganjaran pahala dan penghapus dosa bagi orang yang ditimpa musibah.

حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ فَمَسِسْتُهُ وَهُوَ يُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا فَقُلْتُ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا وَذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ وَمَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ

Telah menceritakan kepada kami Qabishah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim At Taimi dari Al Harits bin Suwaid dari Abdullah radliallahu 'anhu dia berkata; aku menjenguk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sakit, lalu aku memegang beliau sementara beliau sedang menahan sakit yang amat berat, maka kataku; "Sepertinya anda sedang merasakan sakit yang amat berat, kerana itu anda mendapatkan pahala dua kali ganda." Beliau bersabda: "Benar, dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah (sakit) melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya."HR Bukhari, 5229

Musibah yang berupa kesakitan, kematian,kemusnahan atau kehilangan harta yang menimpa seorang mukmin mengandungi hikmah yang merupakan rahmat dari sekian banyak rahmat Allah Ta’ala. Namun manusia tidak berkeupayaan menggali hikmah-hikmah Allah yang banyak ini yang terkandung dalam ciptaan dan segala urusan-Nya. Akal manusia amat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya sekadar gambara-gambaran sahaja, namun yang sebenarnya tentu tidak lebih dari sekadar fatamorgana disiang hari yang panas. Sebagaimana Allah swt berfirman,

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً

“dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Firman Allah swt,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (155). (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (156).Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk(157).
Al-Baqarah:155-157

Musibah adalah penghapus dosa:

Musibah yang diturunkan keatas masusia mengandungi hikmah yang terpenting iaitu denganya Allah swt akan menghapuskan dosa bagi mereka-mereka yang sabar,

Rasulullah saw bersabda,

ِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kebimbangan dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya." HR Bukhari

Rasulullah saw bersabda,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا نَصَبٍ وَلَا سَقَمٍ وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah bahwasanya kedua orang sahabat itu pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada penderitaan, kesengsaraan, sakit, kesedihan dan bahkan juga kekalutan yang menimpa seorang mukmin, melainkan dengan semua itu dihapuskan sebagian dosanya."HR Muslim

َ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Ujian senantiasa menimpa orang mu`min pada diri, anak dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu kesalahan pun atasnya." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan sahih.HR Tirmizi

عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ : عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ : اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ

“Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata :”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”. HR Abu Daud, Sahih.

Firman Allah swt,.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan d
an dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. Al-Baqarah : 177

Firman-Nya lagi

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. An-Nahl : 96

Firman-Nya lagi

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.az-Zumar:10

firman-Nya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. Ali Imran : 146
Namun sayangnya hikmah ini tidak banyak diketahui oleh mereka-mereka yang ditimpa musibah. Kerapkali kedengaran mereka yang ditimpa musibah seperti sakit,kerosakan atau kemusnahan harta benda dan kehilangan nyawa mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan ada lagi yang lebih dahsyat dari itu iaitu dengan meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir Allah swt.

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.“HR Muslim

Justeru itu, sepatutnya musibah yang menimpa seseorang itu adalah merupakan pintu yang akan membukakan kesedaran seseorang hamba, bahwasanya ia sangat memerlukan AllahAzza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia memerlukan kepada-Nya, sehingga ia akan selalu berrgantung kepada-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada Allah,

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Al-An'am:79

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Al-An'am:162

Siapakah orang yang bangkrup di hari kiamat nanti?

Siapakah orang yang bangkrup di hari kiamat nanti?

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Ali bin Hujr keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al A'laa dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrup diantara kami adalah orang yang tidak memiliki wang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrup adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan solat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' HR Muslim

Firman Allah swt,

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”. An-Nuur : 24
Hadith ini mengubah cara pandang para sahabat tentang kerugian yang sebenarnya, ianya bukanlah persoalan harta, melainkan amal ibadah. Amal ibadah tak bernilai apa-apa, kecuali diikuti dengan amal sosial.Amalan sosial tidak bernilai apa-apa melainkan diiringi dengan akhlak yang baik. Sabagaimana sabda Rasulullah saw,

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” HR Bukhari

Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat sekali. Kerana akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya.

Kenapa mereka bangkrup dan diseret ke dalam Neraka ? Karena mereka termasuk orang-orang yang menceroboh hak orang lain. Mereka orang-orang yang mudah melakukan berbagai kezaliman terhadap orang lain. Menfitnah, memukul, mengambil harta, 
Mengumpat, mengadu domba, mencela dan menghina. Inilah orang-orang yang tertipu. Mereka merasa telah banyak melakukan amal salih ketika di dunia, akan tetapi ternyata mereka akan menjadi orang-orang yang merugi nanti di hari kiamat. Allah swt berfirman :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. Al-Kahfi : 103-104 
Sabda Rasulullah saw,

لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنْ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ

“Semua hak itu pasti akan dipenuhi pada hari kiamat kelak, hingga kambing bertanduk pun akan dituntut untuk dibalas oleh kambing yang tidak bertanduk." HR Muslim

Sangat jelas maksud hadith di atas bahawa perbuatan binatang yang menzalimi binatang yang lain pun akan diadili oleh Allah swt dihari akhirat nanti , apatah lagi kezaliman seorang manusia terhadap manusia yang lain.

Oleh kerana itu pada kenyataannya,kadang-kadang kepedulian sosial jauh lebih mahal harganya berbanding dengan ibadah individual. Menyakiti orang lain boleh menghapuskan nilai ibadah yang telah dilakukan dengan bersusah payah.

Justeru itu yang sebenarnya ukuran kesuksesan seseorang hanyalah ditentukan oleh keadaannya nanti di hari kiamat. Seorang yang kembali kepada Allah dalam keadaan dia diredai oleh Allah akan dibalas dengan Surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan dan terbebas dari jilatan api Neraka, Allah Ta’ala telah berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Ali ‘Imron : 185

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Ali ‘Imran : 185

Oleh kerana itu yang sebenarnya keindahan Islam terlihat dari keagungan akhlak para penganutnya.