Jalan mencari redho Allah
عائشة رضي الله عنها؛ أن رسول اللهءصلى الله عليه وسلم قال: مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ ، بِسَخَطِ النَّاسِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ
بِسَخَطِ اللَّهِ ، سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ .
“Barangsiapa
mencari keredhoan dari Allah (saja) meskipun manusia benci kepadanya, niscaya
Allah akan redho kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia redho kepadanya pula.
Dan barangsiapa mencari keredhoan dari manusia dengan membuat Allah murka
kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia
murka kepadanya pula.” HR. Ibnu Hibban .( Syuaib Al-Arnauth berkata: “Sanadnya
Hasan).
عائشة رضي الله عنها؛ أن رسول اللهءصلى الله عليه وسلم قال:
مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ
النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
“Barangsiapa mencari keredhoan
manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada
manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keredhoan Allah, maka
Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.” HR. Ibnu Hibban. Sahih
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ
عَدْنٍ ۚ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِي
Allah menjanjikan kepada orang-orang
mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di surga 'Adn. Dan keredhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar. Al-Taubah:72
Wajib bagi setiap muslim mencari redho
Allah dalam setiap perkataan dan perbuatan yang ia lakukan, meskipun manusia
membencinya. Hal ini dikarenakan hanya Allah satu-satunya Dzat yang mampu
memberikan manfaat dan kebaikan, dan mencegah mudharat dan keburukan.
Diharamkan bagi setiap muslim
melakukan suatu perbuatan yang dibenci dan dimurkai Allah, apalagi jika ia melakukannya
dengan niat dan tujuan mencari kecintaan dan keredhoan manusia. Tidak
mengharapkan sesuatu apapun dari manusia baik berupa pujian,sanjungan, imbalan,
populariti dan lainnya. Jangan sampai kita melakukan suatu amalan dengan niat
dan tujuan supaya dikenang dan dipuji oleh manusia karena akan menyebabkan
kebinasaan di dunia dan akhirat.
Amalan yang dapat meleburkan dosa
dan mengapai keredhoan Allah swt :
Sentiasa
mengingati Allah serta mencintai-Nya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً.
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
“Wahai orang-orang yang beriman!
Ingat-lah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya dan
bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” al-Ahzab:41
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”
ar-Ra’du: 28.
Dengan mengingat-Nya kita akan
selalu dalam keadaan sedar. Sedar bahwa kita adalah seorang hamba, sedar bahwa
kita begitu lemah, sedar bahwa segala sesuatu tak akan terjadi tanpa
Kehendak-Nya. Maka dengan kesedaran itu hati kita akan merendah, khusyuk dan
selalu tenang. Karena kita tidak bergantung kepada siapapun selain Allah swt.
Mencintai
Nabi Muhammad saw.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.Ali- Imran:31
Adalah bahwa dengan cara mengikuti
contoh-contohnya, menerapkan cara Nabi saw dalam kata-kata, perbuatan, ketaatan
kepada perintahnya, menghindari apa pun yang dilarang dan mengabil sikap Nabi
saw pada saat diberi kemudahan, sukacita, kesulitan, dan penderitaan.
Menyayangi
Ibu bapa dan berbuat baik kepada keduanya
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا
تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan
kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah
berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu
dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah
katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” Al-Isra :
23
Salah satu dari tuntutan Islam ialah
menyayangi dan berbuat baik kepada Ibu Bapa. Kewajiban ini ditegaskan oleh Allah
Ta’ala dalam ayat di atas.Kedudukan berbuat baik kepada ibubapa diletakkan oleh
Allah SWT pada tempat kedua dalam susunan ayat tersebut, iaitu setelah pengabdian
kepada-Nya. Jika direnung sebaik-baiknya, bahawa jasa kasih sayang ibu bapa
terhadap anaknya adalah bermula semenjak dari dalam rahim ibu lagi.
Mencintai sesama Mukminin
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Dan orang-orang yang
beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi wali (penolong)
bagi sebagian yang lain. at-Taubah:71
Seorang Mukmin harus mencintai saudaranya sesama
Mukmin dengan tulus dari dalam hatinya. Karena hati-hati mereka sama-sama
mencintai Allâh, mencintai Rasul-Nya, dan tunduk pasrah kepada-Nya dengan
mengikuti agama Islam.
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidaklah beriman seseorang dari kalian
sehingga dia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai
untuk dirinya sendiri.HR. Bukhâri dan Muslim
Taubat:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Az
Zumar: 53).
Allah
benar-benar Maha Pengampun dan Dia mengampuni setiap dosa , baik dosa kecil,
dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran.
Sabar
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang
sabar”. Ali Imran : 146
Hakikat sabar:
1-
Bersabar
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2-
Bersabar
untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3-
Bersabar
dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang
menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang
berasal dari orang lain.
Syukur
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka
dari Allah-lah (datangnya)…” QS. An-Nahl: 53
Betapa melimpahnya
kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita, yang tidak terhitung
jumlahnya. Allah memberikan kita kehidupan, kesehatan, makanan, minuman,
pakaian dan begitu banyak nikmat yang lainnya.
Syukur yang
sebenarnya tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan “alhamdulillah”. Namun
hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya
Amanah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS.
Al-Anfal: 27)
Tegasnya sifat amanah
adalah menjadi tunggak kepada kemuliaan akhlak umat Islam.Setiap umat Islam
dianjurkan berpegang teguh dengan kemuliaan sifat amanah hinggakan terhadap
orang yang mengkhianatinya sekalipun, kita dinasihatkan supaya tidak bertindak
balas dengan cara khianat.
Amanah terbahagi
kepada tiga bahagian:
1-
Amanah
yang kaitannya dengan hak Allah Tabaraka wa Ta’ala atas para hamba-Nya.
2-
Amanah
dalam menunaikah hak-hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3-
Amanah
yang berkaitan dengan hak sesama manusia.
Menyantuni anak yatim dan orang miskin
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ ٠ فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ ٠ وَلَا يَحُضُّ
عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ ٠ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ ٠ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ
سَاهُونَ ٠ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ ٠ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ٠
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama
(hari pembalasan)? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang solat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya. Orang-orang yang
berbuat riya’ dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.” Al Maa’uun: 1-7.
Di antara sifat orang
yang mendustakan agama(hari pembalasan) adalah tidak menyayangi anak yatim dan
orang miskin.
Orang seperti ini nyata mendustakan agama. Kerana
dalam sikap dan tingkah laku perangainya dia mempertunjukkan bahwa dia tidak
percaya kepada inti agama yang sejati, yaitu bahwa orang yang menolong sesama
yang lemah akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah.
Tanggung jawab kita / masyarakat agar memperhatikan
dan memelihara anak yatim dari segi kejiwaan serta sosial kemasyarakatannya,
dan kita dilarang untuk merendahkan, serta menghina kedudukan mereka.
Mengimarahkan masjid
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ
اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ
وَلَمْ يَخْشَ إِلا الله َ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta
tetap mendirikan solat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun
selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.”At-Taubah:18
Oleh
kerana itu setiap Muslim harus berperanan dalam memakmurkan masjid sebagaimana
firman Allah di atas.Seperti yang kita fahami bahawa sejak zaman Rasulullah
SAW, masjid bukan terhad tempat ibadah semata-mata tetapi merupakan pusat
kegiatan dakwah Islam yang luas.Di zaman Rasulullah SAW Masjid menjadi tempat
untuk meningkatkan iman para sahabatnya. Dalam masa yang sama, Masjid juga
digunakan sebagai tempat pembelajaran dan pengajian Islam serta penyebaran
Islam.
Menuntut Ilmu
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ
لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ
لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” At-Taubah: 122
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ
ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa
derajat. al-Mujadalah : 11
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk
mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju syurga.” HR. Muslim
Ilmu agama merupakan
hal yang sangat penting bagi setiap Muslim. Dengannya seorang Muslim dapat
membezakan mana yang benar dan mana yang salah. Ilmu agama juga akan memberikan
tuntunan kepada setiap Muslim kepada jalan yang diredhoi oleh Allah dan
Rasul-Nya. Ilmu agama yang diamalkan dengan baik tentu akan menjadikan
pemiliknya bahagia di dunia dan di akhirat.
Salah dari satu amal soleh yang memerlukan pengorbanan dalam mengerjakannya adalah menuntut ilmu.
Pengorbanan tersebut boleh jadi berupa meluangkan waktu atau menyisihkan
rezekinya atau dari tuntutan dunia semata-mata untuk
hadir di dalam majlis-majlis ilmu.
No comments:
Post a Comment