Kewajipan
keatas setiap Muslimin dan Muslimat mempelajari ilmu pengurusan jenazah.
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانٍ قَالَ حَدَّثَتْنَا
حَفْصَةُ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ تُوُفِّيَتْ إِحْدَى
بَنَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَانَا النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اغْسِلْنَهَا بِالسِّدْرِ وِتْرًا ثَلَاثًا أَوْ
خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ
كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي فَلَمَّا فَرَغْنَا
آذَنَّاهُ فَأَلْقَى إِلَيْنَا حِقْوَهُ فَضَفَرْنَا شَعَرَهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ وَأَلْقَيْنَاهَا
خَلْفَهَا
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada saya Yahya bin
Sa'id dari Hisyam bin Hassan berkata, telah menceritakan kepada kami Hafshah
dari Ummu 'Athiyyah radliallahu 'anha berkata: Ketika salah satu puteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam wafat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mendatangi kami seraya berkata: "Mandikanlah menggunakan daun bidara
dengan ganjil, tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap
perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kapur barus (wewangian) atau yang
sejenis dari kapur barus (kamper). Dan bila kalian telah selesai beritahu
aku". Ketika kami telah selesai, kami memberi tahu Beliau, kemudian Beliau
memberikan kain Beliau kepada kami. Maka kami menyisir (dan menguraikan lalu
memintalnya) rambut kepalanya menjadi tiga pintalan dan kami letakkan di
belakangnya". HR Bukhari
Firman
Allah swt:
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu
dikembalikan” al-‘Ankabut:57
Setiap
orang muslim yang meninggal dunia wajib dimandikan, dikafankan dan disolatkan
terlebih dahulu sebelum dikebumikan kecuali bagi orang-orang yang mati syahid.
Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Ertinya, kewajipan ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebahagian orang maka gugurlah kewajipan
seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajipan memandikan jenazah
ini terdapat dalam beberapa buah hadith, diantaranya:
و
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ وَأَخْبَرَنَا أَيُّوبُ
قَالَ وَقَالَتْ حَفْصَةُ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ اغْسِلْنَهَا وِتْرًا ثَلَاثًا
أَوْ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا قَالَ وَقَالَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ مَشَطْنَاهَا ثَلَاثَةَ
قُرُونٍ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah dan telah mengabarkan kepada kami Ayyub ia berkata, dan telah berkata Hafshah dari Ummu 'Athiyyah ia berkata; "Mandikanlah ia (puteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) dengan bilangan ganjil, yakni tiga, lima atau tujuh kali." Ummu 'Atyhiyyah juga berkata, "Dan kami memintal rambutnya menjadi tiga pinta
No comments:
Post a Comment